Ini adalah
bulan juli dimana aku masih belum menemukan kampus..
bahkan saat ini aku sedang menunggu pengumuman simak..
that’s too bad.
bahkan saat ini aku sedang menunggu pengumuman simak..
that’s too bad.
Setelah
ditolak melalui jalur undangan, aku sedih banget. Ditambah tidak lolos di ujian
snmptn. I just wanna stay at home till this heart cured.
Mungkin
sekarang belum terlalu sembuh. Tapi aku sudah bisa menegakkan kepalaku. Aku mulai
sudah bisa menerima segala hal. Mungkin ini yang terbaik untukku.
Well, selasa
lalu aku dan kakakku ke jakarta selatan untuk mengambil formulir universitas
swasta IISIP. Setelah sampai sana, jujur, memang gedungnya tak secantik yang
diharapkan. Tak seluas yang aku bayangkan. But, aku tetap percaya, alumninya
bisa menjadi jembatan impianku apabila aku diterima di sana.
Yup, omku
menyarankan aku untuk mengambil cadangan swasta di sana. Beliau adalah alumni
dari IISIP dan sekarang ia bekerja menjadi PR di perusahaan HONDA. Beliau (dan
kakakku) adalah saksi ketika aku dinyatakan gagal dalam snmptn tertulis. Aku
menangis sepanjang perjalanan pulang setelah nonton AMAZING SPIDERMAN. Tak
henti-hentinya mereka menghiburku. Dan inilah percakapan di dalam mobil yang
unforgotten
“emang kamu
mau jadi apa sih dek?” omku bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari kemudi
“.....” aku terdiam
“katanya dia mau jadi news anchor gitu om” jawab kakakku seraya mengatakan isi hatiku
“yaudah kalau gitu kamu kejar impian kamu. Di komunikasi IISIP malah banyak koneksinya”
“....” aku masih terdiam
“om tuh kenal kamu dari kamu kecil. Kamu tuh suka ngomong. Kamu pintar nulis. Bahasa inggris tinggal diasah. Kamu tuh udah punya bakat. Sekarang bagaimana dikembangkan aja”
“.....” aku terdiam
“katanya dia mau jadi news anchor gitu om” jawab kakakku seraya mengatakan isi hatiku
“yaudah kalau gitu kamu kejar impian kamu. Di komunikasi IISIP malah banyak koneksinya”
“....” aku masih terdiam
“om tuh kenal kamu dari kamu kecil. Kamu tuh suka ngomong. Kamu pintar nulis. Bahasa inggris tinggal diasah. Kamu tuh udah punya bakat. Sekarang bagaimana dikembangkan aja”
Well, i
thought that he’s right. My family knew that all i want is to be a news anchor.
What am i looking for? Yes, i choose this one...
Pemikiranku
sekarang adalah memilih sebuah universitas itu bukan untuk ajang gengsi atau
pamer fashion. Bahkan juga bukan untuk membuat kita dipandang pintar dan kaya.
Tapi memilih universitas itu harus sesuai dengan apa impian kita. Tidaklah
masalah bila harus di private university atau public university.
Aku banyak
melihat teman-temanku gencar mengambil public university. Satu hal yang
sebenarnya ada dalam benakku. Apakah mereka telah mengetahui pasti impian
mereka. Salah satu contoh, beberapa temanku ingin jadi seorang pengacara tapi
memilih jurusan bukan di fakultas hukum. Mereka hanya
berpikir “yang penting di
universitas yang terkenal” padahal mereka ngga tahu tujuan hidup mereka
Too pitty..
Too pitty..
Kalau
membicarakan impian, actually, i am a dreamer. I have a dream bahwa aku bekerja
dimana aku bisa bekerja sambil jalan-jalan ke luar negeri. Aku ingin
mewawancarai tokoh terkenal dunia semisal Putera Nababan yang mewawancarai
Barack Obama. Seperti Achmad Fuadi yang menjadi VOA journalist dan bisa menulis
buku best seller, atau seperti beberapa host Voa di washington DC.
Bila melihat
perjalananku, sejak balita aku sudah terbiasa dengan lantunan musik berbahasa
inggris dari saluran radio yang ibuku nyalakan sebelum tidur di malam hari. Aku
merasa, ini adalah awal otakku terbentuk untuk menyukai bahasa inggris.
Selanjutnya,
saat SD aku dan kakakku suka bernyanyi dan menari di hadapan orang tuaku.
Bahakan, ketika aku ditanya oleh orang tuaku, “ade cita-citanya apa?” dengan
polos aku menjawab “penari latar”.... sebuah awal yang baik untuk aku mencintai
seni.
Ternyata
saat aku SD di jakarta, impian itu berubah. Bakat speaking ku diuji. Aku
mengikuti lomba berpidato dalam bahasa inggris. Berdiri di hadapan tamu-tamu
penting saat acara sekolah. Aku mengikuti lomba puisi dan juara pertama. Tak
hanya itu, akademikku ku pun meningkat pesat. Dan hal yang paling aku banggakan
adalah aku didaulat menjadi pembicara kesan terakhir pada saat wisuda SD. Salah
satu Momen yang tak terlupakan setelah aku turun panggung ialah semua orang
menangis haru dan tamu undangan yang hadir pun memuji penampilanku. this is my
starting!
Saat di SMP
pun aku tetap mempertahankan kemampuanku di bidang akademik. Hasilnya semua
mengenalku sebagai yang terbaik. Sekolah selalu mengirimku ke ajang lomba-lomba.
Ini membuatku semakin berpengalaman. Dan salah satu hal yang aku paling suka
adalah pelajaran diskusi. Sebagai seseorang yang suka berbicara di depan umum,
aku merasa seperti bintang diantara yang lain. Tak hanya itu, aku juga suka
membicarakan sepak bola dengan teman-teman lelaki. Ini semakin membuatku
percaya diri menyampaikan informasi yang aku tahu di depan umum.
Beranjak
pada masa SMA. This is the best era ever happen. Pencarian jati diriku dimulai
dari masa ini. Aku masih ingat saat aku ditunjuk menjadi pembaca puisi pada
saat perpisahaan kelas 10 di kelas. Setelah pembacaan puisi, guruku menangis
dan mengaku terharu ketika aku membacakan puisi tersebut. Selain itu, kemampuan
menulis dan kreativitasku di uji saat aku memilih bergabung dengan eskul
mading. Banyak hal yang aku ketahui saat dipercaya menjadi ketua mading periode
2010/2011. Aku dan beberapa temanku sempat mengikuti seminar yang diadakan oleh
sebuah koran ternama. Dan kami pun sempat di percaya menulis di sebuah kolom di
koran tersebut. Selain itu, aku pun juga pernah membaca puisi di sebuah acara
keagamaan di sekolah. Guruku yang killer sempat memujiku sebagai seseorang yang
berbakat. Aku sangat merasa bersyukur dengan pencapaianku. Ini semua tidak
pernah terlepas dari tangan ALLAH, dukungan orang tuaku, kakakku, dan
sahabat-sahabatku.
So, aku sudah
siap dimana pun aku ditempatkan. Insyaallah aku tidak akan mendengar apa kata
orang tentang aku yang mungkin akan masuk private university. Akulah yang
menjalankan hidupku. Jadi, kita lihat saja nanti siapa yang akan sukses..
Sincerely
Fitra
news anchor wannabe
Fitra
news anchor wannabe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar