Selasa, 30 Oktober 2012

Everything is started by a DREAM!


Dimulai dari seorang anak perempuan yang pemalu dan kurang percaya diri. Tinggal si sebuah rumah sederhana di desa kecil yang jauh dari hingar bingar kemeriahan kota. Bersekolah di sebuah SD yang kumuh dan kotor. Setiap ke sekolah, harus berjalan jauh untuk mencapai angkutan umum. Begitu pula ketika pulang sekolah. Prihatin adalah perasaan empati yang pantas digambarkan kepada kehidupan anak perempuan ini. Menyedihkan





Namun, kondisi yang menyedihkan tersebut sangat kontras dengan perasaan anak perempuan itu. Walaupun dibalut dengan selendang keprihatinan, anak perempuan ini tumbuh dengan baik. Baik fisik maupun psikisnya. Semua itu karena Allah. Takdir Allah lah yang membuat anak ini dititipkan pada sebuah keluarga sederhana yang harmonis . Dan takdir Allah juga lah anak ini memiliki teman – teman yang baik. Ia tidak pernah kehilangan kasih sayang orang tua dan cinta kasih dari beberapa temannya. 


Kesederhanaan membuat anak ini belajar mensyukuri apa yang dia punya, belajar mandiri, belajar berempati dengan orang lain, dll. Namun satu hal yang membuat anak perempuan ini berbeda dengan anak lainnya, sebuah hal yang sejak dulu ditanamkan dalam keluarganya dan didukung oleh pertemanan yang harmonis, yaitu, MEMBANGUN MIMPI

Anak perempuan ini sudah berani membangun mimpi sejak ia kecil. Pondasi-pondasi mimpi mulai ia tancapkan. Bermula ketika kedua orang tuanya sering menceritakan dongeng sesaat sebelum tidur. Berlanjut ketika sebuah kesederhanaan dan keprihatinan membuat ia berani membentuk mimpi yang lebih besar. Kemudian berlanjut dari sebuah pertemanan sejati dengan anak-anak sebaya. Terus berlanjut ketika dukungan mimpi mimpi lain merasuk dari saudara perempuannya. Dan terus menjadi mimpi yang tak terbendung! Anak perempuan itu terus bermimpi.

Bak gayung bersambut, kehidupan anak itu kian lama kian membaik. Keputusan orang tuanya untuk pindah ke ibukota membuat kehidupan keluarganya tidak seprtihatin dahulu. Kini, anak perempuan itu menjadi seorang remaja. Remaja perempuan yang sama dengan remaja seusianya. Mulai menyukai lawan jenis, mulai membangkang perintah kedua orang tuanya, mulai bersikap seolah-olah ia tahu segalanya, dan mulai berambisi dengan segala yang ia inginkan. Remaja perempuan itu  seperti tengah mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat sebuah bangunan mimpi  yang dapat berdiri dengan megah.

Sedikit demi sedikit beberapa targetnya tercapai. Rasa percaya diri kian terpancar dari senyumannya. Beberapa prestasi akademik mulai ia torehkan di lembar kehidupannya. Menjadi rangkaian dinding yang cukup kokoh untuk mendirikan mimpi yang ia rancang saat dirinya masih seorang anak kecil. Namun tak jarang dinding itu keropos, hampir runtuh, atau bahkan dibiarkan menjadi lubang menganga. Keputusasaan mulai mengusik mimpi-mimpinya. Kelebihan teman-teman barunya seakan mengerosi dinding yang baru sebentar ia rancang. Kesempurnaan lawan jenis pun tak kalah berperan menjadi cobaan remaja perempuan itu dalam membangun mimpinya.

Hingga akhirnya ia mendekatkan diri kepada Allah. Bila keluarga dan sahabat tak kian memberikan bantuan, hanya Tuhan lah tempat remaja itu berkeluh kesah. Ajaib. Dinding mimpinya kembali kokoh dan terlihat lebih kuat dari sebelumnya. Kini remaja perempuan itu telah mengetahui rahasia terbesar. Hanya Allah yang mampu menentukan mimpi.

Masa remaja berjalan dengan lambat. Remaja itu terus tumbuh menjadi pribadi yang tak tertahankan. Beberapa mimpinya menjadi kenyataan. Namun, tak sedikit yang menggantung atau bahkan gagal. Jatuh tidak membuat remaja itu terpuruk. Dia terus berusaha mewujudkan mimpi – mimpi baru yang berkecamuk dalam pikirannya. Sayangnya, beberapa orang disekitar menganggap remaja itu sebagai individu yang ambisius. Terlepas dari pandangan mereka, remaja perempuan itu tak pernah berhenti  mengayuh pedal penggerak mimpi-mimpinya. Tak akan pernah.

Di usia 18 tahun, remaja ini memiliki status baru. Seorang gadis. Akan tetapi, sebutan itu tidak sedikit pun mengubah jati dirinya. Gadis pemimpi. Satu per satu mimpi-mimpi di usianya sekarang dapat ia raih. Terus bersyukur dan terus berusaha adalah langkah-langkah dirinya dalam memperkuat sisi dinding mimpi lainnya. Kini, ada mimpi-mimpi baru yang sedang ia persiapkan. Sisi dinding yang belum terjamah akan ia isi dengan mimpi-mimpinya yang lebih sempurna. Sempurna di matanya

Setiap malam di tempat tidur, sambil merebahkan tubuhnya, Gadis itu manatap lurus ke arah langit-langit. Ia tengah membayangkan mimpi-mimpi yang akan ia usahakan agar menjadi kenyataan. Gadis itu tak akan pernah berhenti bermimpi selama dunia ini masih berputar.

Lalu bagaimanakah ketika bumi berhenti berputar dan kehancuran terjadi?
Sejak kecil ada satu mimpi yang selalu ia letakkan di puncak tertinggi pondasi mimpi-mimpinya. Sebuah mimpi yang wujudnya lebih terang dibanding mimpi-mimpi lainnya. Sebuah mimpi besar yang melibatkan kuasa Allah dan tidak akan disebutkan oleh gadis itu kepada siapapun.

Kamu boleh mengatakan saya seorang pemimpi, tapi saya bukanlah satu-satunya

Karena

Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia












Pertanyaannya adalah siapakah gadis sang pemimpi itu?

Jawabannya

adalah






AKU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar